Romantisme serta Seni Berprestasi Union Berlin

 


Union Berlin, mungkin terdengar asing ditelinga kita dalam beberapa tahun silam, akan tetapi dalam tiga tahun terakhir ini kita sudah sering mendengar kisahnya. Ya, pada 27 Mei 2019, pukul 21.30, adalah malam terindah bagi seluruh warga Berlin, tanpa terkecuali. Terutama satu kilometer sebelah barat stasiun kereta Berlin-Koepenick, ditengah hutan kota atau tepatnya di stadion An Der Alten Foersterei, yang dihadiri oleh 22.000 orang lebih melebur bersama dalam kebahagiaan yang menuntaskan penantian selama kurang lebih setengah abad lamanya, Union Berlin berhasil memastikan promosi ke Bundesliga 1 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah klub ibu kota ini berdiri.

Skenario promosinya Union Berlin bisa kita katakan sangat dramatis. Sukses membawa keuntungan kemenangan dengan keuntungan 2 gol pada leg pertama, publik An Der Alten Foersterei bungkam pada menit 9, ketika Dennis Aogo mencetak gol melalui tendangan bebas, akan tetapi wasit Christian Dingert menganulir gol tersebut karena menganggap Nicolas Gonzalez menghalangi pandangan kiper Rafal Gikiewicz. Union berlin menjadi klub ke-5 asal Jerman Timur yang berhasil promosi ke Bundesliga 1. Energie Cottbus pada tahun 2009, merupakan klub terakhir Jerman Timur yang berkompetisi di papan atas liga Jerman.

“Seluruh lapisan klub melakukan segalanya untuk kesuksesan ini. Semua ini adalah penampilan yang luar biasa dari tim. Tetapi saya selalu percaya, bahwa kami akan melakukannya (promosi)” ungkap Urs Fischer. Tentu, ucapan Urs Fischer memang tepat, kesuksesan Union Berlin bukan hanyalah keberuntungan serta hasil kerja keras tim di lapangan semata. Lebih luas lagi karena adanya pergolakan politik hingga kesulitan finansial klub selama ini, para supporter juga dengan tulus memberikan keringat, darah, dan air mata kepada klub yang berjuluk Die Eisernen (Si Besi) bisa memiliki hidup yang panjang.

Seperti yang kita ketahui, saat adanya reunifikasi Jerman Barat dan Timur pada 9 november 1989, penampilan Union Berlin di atas lapangan waktu itu jusru membaik, tetapi masalah finansial perlahan menggerogoti eksistensi klub. Timpangnya ekonomi antara Jerman Barat dan Timur tidak dapat dipandang sebelah mata. Menurut jurnalis Brett Neely dari Deutsche Welle (DW) setelah reunifikasi Jerman Barat dan Timur pada 1990 terdapat lebih dari 14.000 perusahaan Jerman Timur diprivatisasi dan 4.000.000 pekerja Jerman Timur di PHK. Namun, Die Eisernen sempat menjadi pemuncak regional liga divisi 3 pada 1993 dan 1994 akan tetapi tidak diperbolehkan promosi ke Bundesliga 2 dikarenakan masalah finansial.

Pada tahun 2000/2001, Union Berlin dengan bantuan striker Brazil, yakni Daniel Teixeira berhasil melangkah ke final DFB-Pokal untuk pertama kalinya. Meskipun, pada akhirnya kalah 0-4 dari Schalke. Meski kalah, regulasi pada saat itu memungkinkan Union Berlin lolos ke fase pertama Piala UEFA. Kemudian, pada tahun 2004 mereka kembali terdegradasi ke regional liga serta badai huru-hara finansial kembali melanda klub yang berjuluk Si Besi tersebut. Asosiasi sepakbola Jerman DFB menginginkan jaminan registrasi di regional liga pada waktu itu sebesar 1,46 Juta Euro. Dirk Zingler sebagai pemilik baru menalang sebagaian besar dana tersebut dan para supporter secara sukarela melakukan kampanye “BLUTEN FUR UNION” (Berdarah untuk Union) Kampanye tersebut berkonsentrasi pada kegiatan donor darah yang sebagaimana seluruh keuntungannya diserahkan kepada klub. Hal ini adalah simbolik “Tranfusi darah kepada klub agar tetap hidup dan kekal abadi, sekarang, selamanya” Union berhasil bertahan hidup, tetapi mereka kembali terdegradasi ke divisi 4 liga semi profesional tidak terbantahkan. Klub mempertahankan beberapa pemain profesional sebagai perjudian untuk kembali promosi ke divisi 3 liga Jerman. Akhirnya, perjudian terbayarkan tuntas, dengan kembalinya striker asal Brazil, Daniel Teixeira untuk membantu Union Berlin promosi ke divisi 3 liga Jerman.

Pada tahun 2008, supporter Union Berlin kembali diuji. DFB secara resmi memberi pernyataan bahwa stadion An Der Alten Foersterei tidak memenuhi syarat keamanan sepakbola profesional. Namun, lagi, dan akhirnya kembali lagi, para supporter menjaga nafas dan jiwa klub tercinta, kali ini bukan dengan darah, melainkan dengan keringat dan air mata. Mereka turut serta merenovasi stadion secara tulus dengan estimasi 140.000 jam kerja dari berbagai usia yang pada akhirnya terbayarkan dengan gelar liga di akhir musim yang penuh akan air mata kebahagiaan. Tentunya, tidak berakhir sampai situ saja, Union Berlin terus menjaga nafas yang mereka dapatkan dari para supporter dengan cukup stabil. Pada 7 musim sejak pertama mereka berdansa pada pentas Bundesliga 2, mereka tidak pernah mengakhiri musim berada dibawah peringkat 12. Catatan tersebut adalah sebuah anugerah untuk klub yang sering terluka.

Puncaknya, pada tahun 2018/2019, Union Berlin berhasil mendapatkan mukjizatnya. Mereka berada diperingkat ke-3 dengan jumlah kebobolan paling sedikit di Bundesliga 2 dengan 33 gol, dan mendapatkan tiket play off ke Bundesliga 1 melawan klub dengan peringkat 16 di Bundesliga 1. Dirk Zingler mengungkapkan “40 tahun saya sudah menunggu momen ini, promosi ke Bundesliga 1. Saya sangat senang, orang-orang yang terikat dengan klub sangat pantas mendapatkannya. Saya sangat senang.”

Penulis   : Gerai Alun
Ilustrasi : Bundesliga.com

Editor    : Gerai Alun

Posting Komentar

0 Komentar