PUMA, SI KUCING BETINA TIGA WARNA


Seekor kucing yang pertama kali singgah dikehidupanku. Puma, begitulah saya dan teman-teman sepakat memanggilnya. Kucing kampung liar ini berjenis kelamin betina. Saat itu, kucing liar ini tiba-tiba datang menghampiri kediaman para pejantan ugal-ugalan. Para pejantan ini memang banyak pecinta kucingnya, mungkin hanya saya yang sejak dulu tidak pernah mencintai kucing bahkan bisa dikatakan benci atau mungkin lebih tepatnya benci untuk mencinta seperti judul lagu Naif. 


Pada suatu hari yang haru kucing ini tiba dikehidupan kami begitu saja tanpa adanya isyarat. Bisa dikatakan kucing betina ini adalah kucing yang masih sangat amat muda, masih sedikit pengalaman yang dia punya tetapi sudah tidak memiliki siapa-siapa dan hidup sendiri di jalanan. Jujur saja, saya tidak mengerti apa yang dia pikirkan ketika datang menghampiri kami saat itu. 


Banyak orang yang mengatakan bahwa jika seekor kucing menghampiri seseorang berarti orang tersebut sedang bersedih atau memang memiliki jiwa yang welas asih. Tapi, saat itu juga saya langsung tidak percaya dengan perkataan banyak orang tersebut. Tentu saja karena permasalahannya yang kucing betina ini hampiri adalah sekelompok pemuda jantan yang ugal-ugalan yang setiap harinya hanya penuh diisi oleh guyonan kere serta guyonan lawas ala mataraman dan srimulat. Entahlah, apa yang sesungguhnya kucing ini pikirkan. 


Singkat cerita, kucing betina ini memang tidak setiap hari singgah. Terkadang kami semua merindukan kehadirannya, bahkan juga mengharapkannya tidak terkecuali saya yang notabennya bukan termasuk pecinta kucing. Kemudian pada suatu hari yang sedang mendung dia datang. Tidak seperti biasanya dia terlihat lesu dan menjadi sangat pendiam, kami semua mengira dia datang hanya untuk pelarian saja. Ya, kami kira dia datang untuk mencari makan saja. Tapi ternyata kami semua salah, dia tidak menyentuh makanan yang kami hidangkan untuknya. Padahal asal kalian tahu saja, hidangan yang kami siapkan tergolong hidangan mewah yang dibuat khusus untuk bangsanya. 


Pada saat itu tentu saja kami kebingungan, sebenarnya apa maunya kucing ini kenapa dia tidak bertingkah seperti biasanya. Tentu saja kami semua yang terdiri dari para manusia bajingan ini tidak terbiasa dengan perkodean yang dia lakukan. Kami terbiasa bertindak jika seseorang bercerita atas masalahnya lalu baru menemukan solusinya. Bajingan, tapi ini kucing. 


Lambat laun kemudian saya dan salah satu teman saya ini tersadar. Ternyata ada luka yang cukup serius dibagian tubuhnya. Pantas saja tingkahnya tidak seperti biasa. Tentu saja yang membuat saya heran lagi adalah kenapa yang tersadar pertama kali adalah saya dan salah satu teman saya yang bisa dikategorikan bukan pecinta kucing, bahkan saya bisa dibilang benci dengan hewan satu ini. Kemudian tanpa sadar saya dan teman saya ini bertindak. Ya, tanpa sadar kami mengerti apa yang harus kami lakukan pertama kali. Tentu saja saya langsung mengatakan kepada teman saya bahwa kita harus membeli obat untuknya. Tapi kami tidak tau harus membeli obat apa. 


Lalu, dengan kesoktauan, saya bilang untuk membeli salep saja di apotek terdekat. Salep untuk obat luka pada manusia saja, tidak masalah. Seperti biasa semua teman saya bingung dan meragukan saya, tapi saya tidaklah sok tau belaka. Tentu, karena saya memiliki relasi dengan dukun hewan dan pernah melihatnya menangani kasus dadakan seperti ini. Tidak lama kemudian kami sepakat untuk membeli salep tersebut di apotek terdekat. Ya, saya langsung berangkat untuk membelinya. 


Sesampainya di apotek, tentu saja saya kebingungan untuk membeli jenis atau merek salep apa untuk kucing ini. Saat itu saya berpikir, jika saya bertanya pada pegawai di apotek tersebut pasti mereka akan tertawa atau mengejek setelah saya pergi dari apotek tersebut karena ketidaktahuan saya. Ya, seperti yang pernah viral ketika ada seorang pelanggan yang tidak tahu atau bertanya tentang apa yang ingin mereka beli di coffee shop, kemudian ditertawakan atas ketidaktahuan. 


Tapi pada saat itu saya tetap bertanya dan cuek saja kepada pegawai apotek tersebut. Ternyata yang saya pikirkan salah. Pegawai itu dengan hati-hati menjelaskan apa yang seharusnya saya beli meskipun pengucapan saya salah. Meskipun awalnya mereka memang tampak kebingungan ketika bertanya lukanya seperti apa dan saya menjelaskan sedetail mungkin apa yang sedang dialami kucing yang ada di rumah kami. 


Kemudian saya membeli salep tersebut setelah bersepakat dengan para pegawai apotek. Lalu, dengan perlahan saya keluar dari apotek menuju parkiran dimana motor saya menunggu. Saat sebelum saya menaiki motor, saya sempat melamun sejenak dengan haru dan berharap salep yang saya beli ini tepat serta dapat segera menyembuhkan kucing betina yang pada akhirnya kami beri nama Puma tersebut. 


Saat itu saya sempat memohon kepada Allah Yang Maha Esa semoga ini berhasil dan tidak ada kegagalan karena ini menyangkut nyawa seekor kucing betina muda yang belum banyak mengalami hiruk-pikuknya kehidupan. Kemudian dalam hati saya mengatakan, bajingaann, ternyata salep ini harganya mahal.


Setelah itu, kami merawat Puma seperti seorang ayah tanpa ibu. Ya, tentu saja kalian tahu walaupun kami semua terkesan kasar, cuek, dan suka guyon yang tidak mutu tapi kami sayang. Mungkin, Puma juga berpikir demikian karena dia dibesarkan dengan ayah tanpa ibu maka dari itu ia bisa memaklumi. Kami juga memandikannya meskipun Puma termasuk susah kalau disuruh mandi. 


Singkat cerita, kami mulai sibuk dengan urusan masing-masing kemudian kami juga harus berpisah dan tidak menetap di rumah yang kami sewa tersebut. Setelah sepakat kami mencari orang yang mau mengadopsi Puma seperti kami menyayanginya. Akhirnya salah satu teman kami menemukan orang yang cocok untuk itu. Ya, kami langsung percaya saja ketika salah satu teman kami itu yang merekomendasikannya. Entah kenapa tanpa banyak berpikir kami semua setuju walaupun kami belum pernah bertemu orang tersebut. 


Mungkin, terkadang kelebihan para bajingan yang menyenangkan ini adalah saling percaya satu sama lain, meskipun kami tetap sering menghina dan berkata apa adanya tanpa rem yang mungkin jika orang lain yang dengar bisa sakit hati. Tapi tidak untuk kami yang jujur dan tulus dalam pertemanan ini. Kami lebih sering menghina agar berbenah daripada memuji tanpa kejujuran. 


Pada akhirnya, kita semua berpisah dengan Puma si kucing betina yang memiliki tiga warna tersebut. Ya, semoga kamu tetap sehat dan keberuntungan selalu meyertaimu meski tidak bersama kami lagi. Semoga kamu bisa memetik pelajaran yang berharga dari para bajingan yang menyenangkan ini, meskipun hanya sedikit. Jadilah kucing yang tangguh, Puma. 


Penulis   : Gerai Alun
Ilustrasi : Saestu Mbathi

Editor    : Gerai Alun

Posting Komentar

0 Komentar