6 Kisah Security Kampus


Sudah lama tidak menyapa dengan cerita horror, beberapa minggu yang lalu kita sempat mengunjungi beberapa kampus dan menyapa security yang ada disana. Cukup sulit menanyakan soal kejadian horror karena banyak yang skeptis soal kehorroran kampus. Namun ketika menelisik lebih jauh, kami bertemu dengan 5  orang security kampus yang mau membagikan cerita mereka ketika jaga malam di tempat mereka bekerja. Perlu diketahui, cerita kali ini bukan hanya terpusat satu tempat, namun ada beberapa tempat yang kami kunjungi.


Cerita pertama dari salah satu kampus ternama yang berada di sekitar Sleman, Yogyakarta. Kampus yang sudah berdiri dari tahun 1958 ini punya banyak cerita horror yang menyelimutinya. Dari cerita mahasiswanya, tenaga pendidik maupun orang-orang yang mencoba membuktikan kehorroran kampus ini. Panggil saja Pak Roni, Pak Roni sudah lama bekerja menjadi security kampus, awalnya dia hanya bekerja sebagai penambang pasir, Namun di tahun 2013, dia diajak oleh temannya untuk mengikuti seleksi menjadi security dan akhirnya  bekerja menjadi security kampus. Pak Roni bercerita banyak kejadian dari kejahatan (maling), kelucuan mahasiswa, maupun kejadian horror yang ada di kampus ini. Mengulik soal kejadian horror, dia sudah merasakan ketika masih awal bekerja menjadi security.  Pertama kali bekerja, Pak Roni bertugas seperti biasa, mengliling  area depan hingga belakang kampus . Ketika dia berada di area belakang kampus,  Pak Roni tiba-tiba mendengar  suara keramaian di sebuah  kelas seperti  ada kegiatan perkuliahan, tepatnya di lantai 2. Pak Roni mencoba mendekat perlahan, penasaran bagaimana bisa ada kelas perkuliahan jam 11 malam. Pak Roni dengan perlahan menuju lantai 2 menaiki anak tangga sembari melihat sekitar untuk memastikan. Sesampainya di lantai 2, suara itu hilang tanpa jejak. Pak roni mengecek setiap kelas dan memang benar-benar tidak ada tanda-tanda manusia,  hanya ruangan kosong dan lorong yang diselimuti kegelapan malam itu.  Karena merasa nihil, Pak Roni kembali ke lantai dasar, menuruni tangga dengan rasa was-was suara itu kembali muncul. “iki nek krungu meneh aku kudu nemu seko endi suarane” (kalo aku denger lagi, aku harus nemu suaranya dari mana) begitulah rasa penasaran Pak Roni waktu itu.  Benar saja, sesampainya di lantai dasar, Pak Roni mendengar suara itu yang lebih keras dari sebelumnya.  Antara kembali ke lantai 2 atau kembali ke pos, dua pilihan yang tidak menjawab rasa penasaran akan suara di lantai 2 itu. Pak Roni memberanikan diri menaiki tangga lagi, dengan langkah perlahan sembari menyalakan senter dan mengarahkan cahaya senter  ke sekitar gedung. Langkah Pak Roni melamban ketika membuka gerbang tralis lantai 2, perlahan dibuka gerbang itu berjalan melewati tembok sebelum melihat lorong lantai. Tidak ada dibayangannya, di lorong yang gelap itu terlihat dengan jelas sosok anak kecil yang tiduran di sepanjang lorong, bergelantungan seperti kelelewar, dan anak anak yang berlarian penuh tawa.
Tenaga Pak Roni hilang seketika, lemas dan terduduk dil lantai dengan senternya mengarah ke lorong,  antara percaya dan tidak percaya namun benar-benar dia lihat dengan mata telanjang.
Pak Roni seketika berlari ketakukan, membanting gerbang trails sekeras-kerasnya, anak tangga di libas dengan cepat turun menuju lantai dasar, terjatuh dan terguling beberapa kali namun tidak menghiraukan dengan dalih agar dia selamat. Dia berlari dengan cepat menuju pos jaga dengan nafas tak beraturan. Teman-teman security lain yang sudah membaringkan badan heran kenapa pak Roni tergopoh-gopoh dengan muka lemas  penuh keringat. Dia menceritakan apa yang dilihatnya, namun respon teman yang lain hanya berkata “wesss.. berarti koe ditrimo jaga kene” (udaaha,, itu berarti kamu di terima jaga sini) sambal tertawa terbahak-bahak. 

Pagi hari setelah kejadian malam itu, Pak Roni merasa  badannya lemas tak berdaya, bahkan meraskan panas dibagian dada setiap malam. Apa yang dirasakan Pak Roni berlangsung 7 hari, dan terpaksa dia harus izin walaupun sebenarnya tidak diperbolehkan oleh sang komandan.

 

Masih dengan orang yang sama, kali ini Pak Roni mengalami kejadian tak kalah menakutkan bersama temannya yang sudah senior, sebuat saja Pak Rebo. Di tempat Pak Roni bekerja ada salah satu gedung yang dianggap paling angker, tepatnya di sebuah gedung perpustakaan. Dari cerita senior satpam lain, banyak yang sering diganggu ketika berjaga di perpustakan. Karena memang sudah sebagai kewajiban dia bekerja sebagai security, dia diminta oleh sang komandan untuk berjaga malam di  perpustakan itu, karena kabarnya akan ada demo besar-besaran pagi harinya, alih-alih  agar tidak  ada yang nyabotase perpustakan yang masih satu gedung dengan gedung birokrasi kampus.

Pak Roni dan Pak Rebo berjaga dan berkeliling sekitar gedung perpuastakan, memastikan tidak ada mahasiswa yang masuk ke dalam gedung. Tepat jam 11 malam, Pak Roni berkeliling dan masuk ke dalam lorong rak buku satu persatu, denga senter kecilnya Pak Roni selalu mengarahkan senternya ke setiap sudut lorong dan sesekali mengarahkan ke jendela panjang perpustakan. Sudah beberapa lorong yang dia lewati, namun ketika memasuki lorong keenam, Pak Roni mendengar suara batuk dengan nada yang agak berat, Pak Roni merasa itu adalah Pak Rebo, karena tipe suara yang hamper sama dengan suara Pak Rebo. Suara batuk itu datang lagi dan arah suara berada di lorong ke 4, pak Roni kembali buat memastikan sambal memanggil nama Pak Rebo “Pak Booo, niku jenengan ?? “ . “…. “ tidak ada sautan sembari mengarahkan senter ke semua sudut lorong. Pak Roni terus memanggil nama Pak Rebo sembari berjalan menuju tempat mereka tidur, tepatnya di sebuah ruang tunggu. Pak Roni agak bingung tidak ada Pak Rebo di tempat itu, karena sebelum dia berkeliling Pak Rebo masih tertidur pulas beralaskan tikar.
“Pak booo!!, Pak Booo!!” Pak Roni terus mencoba mencari keberadaan Pak Rebo hingga keluar gedung, namun Pak Rebo tidak menampakkan batang hidungnya.
Ketika Pak Roni kembali ke ruang tunggu, Pak Roni menemukan sebuah kertas yang bertuliskan “dik, aku metu golek madang, mau kowe tak goleki ra ono”

“nah kuwi mas aneh e.. padahal aku pas kuwi mung keletan sak ruangan, mosok koncoku ra weruh aku”  begitulan penjelasan Pak Roni cukup heran bagaimana bias Pak Rebo tidak tahu keberadannya sampai meninggalkan sebuah kertas.

Pertanyaan siapakah yang batuk tadi masih Pak Roni anggap adalah suara batuk Pak Rebo, dengan dalih Pak Rebo belum lama meninggalkan ruang tunggu. Selang beberapa jam Pak Roni terbangun mendengar suara adzan dan heraannya tidak ada Pak Rebo di sampingnya, dia bangun dan mencoba berkeliling lorong dan semua ruangan dan tidak menemukan Pak Rebo.
Pak Roni akhirnya memutuskan untuk ke pos jaga satpam dan ternyata melihat bayangan  Pak Rebo masih terjaga di dalam pos security dengan semua kaca ditutup rapat dengan kain.

“Lhoooo kok ditutup kabeh pak, po yo weruh nek ono maling ?”
“wedi aku e .. weruh pocong mau bengi”
“nendi pak?”
“ng sampingmu turu”

Ketika Pak Rebo kembali dari membeli makanan, Pak Rebo ternyata melihat Pak Roni yang tertidur dengan posisi memeluk sosok pocong. Awalnya Pak Rebo mengira itu adalah guling, namun ketika dia mengarahkan senter ke arah muka Pak Roni, dia melihat sesuatu belahan hitam diantara guling putih tepat di sisi dimana saling berhadapan muka dengan Pak Roni. Pak Rebo mencoba mendekat dan terkejut ternyata belahan hitam itu adalah wajah yang penuh dengan belatung, Pak Rebo yang melihat itu langsung berlari dan memilih menyelamatkan diri daripada membangunkan Pak Roni.

 

3. Pak Sigit

 Kali ini dari salah satu kampus islam di Yogyakarta, panggil saja Pak Sigit, Pak Sigit  sudah berprofesi menjadi satpam hamper 15 tahun lamanya. Agak sulit  menjelaskan dengan apa yang dialami oleh Pak Sigit, antara horror atau sebuah keilmuan seseorang. Pak Sigit berjaga seperti biasanya, kegiatan yang selalu dia geluti beberpa tahun belakangan. Tepat jam 12 malam, Pak Sigit yang selalu bersantai di tempat duduk yang dia buat dari susunan kayu disamping pos jaga, ketika sedang membaringkan badan yang otomatis melihat gedung megah yang ada didepannya. Dia melihat ada sosok manusia berdiri di balkon gedung lantai 4, awalnya dia mengira itu hanyalah sebuah bayangan saja dan tangakapan mata Pak Sigit yang memang sudah tidak sekuat saat muda dulu menganggap hanyalah sebuah ilusi yang membentuk badan manusia . Awalnya Pak Sigit menghiraukan dengan apa yang dia liat, dia membuka HPnya dan mencari hiburan di beberaoa grup facebook yang dia ikuti. Namun di sisi lain. bayangan sesosok manusia itu masih saja ada berdiri tegak dan tidak bergerak. Disinilah Pak Sigit mulai curiga..

“itu tak liat-liat kok bukan bayangan tapi kayak manusia beneran mas, tapi ya saya masih nyoba gak peduli aja”

Diantara rasa penasaran Pak Sigit dengan bayangan itu, ketika Pak Sigit memfokuskan pandangan ke arah bayangan di lantai 4, tiba-tiba sosok bayangan manusia itu terjun ke bawah, Lantas Pak Sigit berdiri dan berteriak “WEEEEEH !!! EDAAAAAAAAN!!!!”

“KLAAAAAK” suara hentakan yang terdengar hingga pos jaga.
Pak Sigit berlari menuju titik terjun bayangan manusia itu, dia berlari menerobos pagar dedauanan dan menghiraukan lalu lalang kendaraan karena memang gedung lantai 4 dan pos jaga terhalang oleh jalan besar.
Dalam benak Pak Sigit saat itu, sosok yang terjun dari lantai 4 itu bukan lah bayangan, namun manusia karena hentakan terdengar begitu jelas.
dengan nafas yang tak beraturan, tangan gemetar yang membuat dia tak mampu menyalakan senter yang ada ditangannya, badannnya lemas karena dia mengira pasti akan menemukan sesosok mayat manusia. Pak Sigit sempat kehilangan titik sudut lompatan yang membuat dia harus berkeliling beberapa gedung mencari dimana letak sumber suara.

Benar saja, setelah melewati 2 gedung, tepat dibelakang gedung yang dekat dengan parkiran motor. Dia melihat sebuah tubuh laki-laki berambut panjang yang sudah tak bergerak, dengan salah satu kaki sudah terlipat ke belakang. Antara lemas namun penuh rasa penasaran, perlahan dan langkah demui langkah Pak Sigit mendekat ke sosok yang dia kira mayat. Diambilan sebatang kayu untuk memastikan dan mencoba untuk membalikkan badan sosok manusia itu. 

Alih alih membalikkan badan, tiba-tiba sosok yang Pak Sigit kira sudah menjadi mayat  itu berdiri perlahan dan menyibakkan semua badannya yang penuh dengan tanah
"gakpapa kok pak, cuma nyoba aja" kata orang itu sembari tersenyum ke arah Pak Sigit.
  Sontak Pak Sigit berdiri mematung, dia hanya bias melongo dengan apa yang dia lihat, bagaimana bias seorang manusia yang loncat dari lantai 4 tidak ada luka sama sekali, tidak ada yang patah, bahkan tidak ada bekas darah. Seolah itu seperti wahana permainan yang mengasyikkan.

Pak Sigit terdiam seribu Bahasa, entah ekpresi apa yang seharusnya dia lampiaskan. Dia hanya bisa melihat orang itu pergi meninggalkan Pak Sigit menuju jalan keluar. Dia sempat bercerita ke teman-teman yang lain namun tidak ada yang  percaya dengan cerita Pak Sigit.

" Awalnya saya kira itu bukan orang mas, eh pas jaga pagi saya liat orang itu pakai baju organisasi dan sempet nyapa juga, nah setelah itu saya gak pernah liat lagi"  Penjelasan Pak Sigit ketika bertemu sosok laki-laki  itu lagi beberapa hari kemudian.

Nah, sekitar 6 tahun yang lalu, kejadian ini terulang kembali namun berbeda tempat dan yang menjadi saksi mata ada 3 orang security. Yang membedakanny lagi, jika sebelumnya adalah seorang laki-laki, 6 tahun lalu adalah seorang perempuan. Apa yang dialami sama persis dengan apa yang dialami oleh Pak Sigit

 

4. Pak Sugeng

  "Dulu saya pernah ketempelan  7 hari mas, coba sana nanya anak-anak lain" Malam itu, Pak Sugeng diminta komandannya untuk berjaga ke sebuah proyek pembangunan gedung baru  karena malam-malam sebelumnya para pekerja mengeluh banyak barang yang hilang. Dari laporan sang komandan, kemungkinan pencurian dilakukan sekitar pagi hari menjelang subuh karena memang lingkungan sekitar kampus yang agak lengang di jam-jam tersebut. Karena itu lah Pak Sugeng memilih datang ke proyek lepas tengah malam. Tepat jam 2 pagi, Pak Sugeng membawa peralatan tempurnya dan berpamitan ke teman jaga lain jika ia akan berjaga ke tempat proyek dan memberitahu dimana dia akan menggelar tikar, tepat di sebuah longkengan yang agak jauh namun masih bias melihat seluruh bagian proyek.

 Menikmati secangkir kopi, cemilan dan sesekali mengarahkan senter ke arah proyek. Pak Sugeng yang masih terjaga dan selalu was-was dengan sekitar tiba-tiba mendengar suara gaduh dari adah proyek, tepat di balik seng yang menutupi sekeliling proyek. Suara gaduh seperti ada pekerja yang sedang bekerja. Pak Sugeng penasaran dan penuh keheranan, karena jam 3 pagi sudah para pekerja sudah memulai pekerjaannya, padahal malam-malam sebelumnya tidak pernah ada pekerja yang lembur dan baru memulai pekerjaan pagi hari.
Rasa penasaran Pak Sugeng membuatnya tertarik untuk mendekat, apa lagi Pak Sugeng melihat tidak adanya lampu penerangan dari dalam proyek, logika Pak Sugeng bagaimana bisa mereka bekerja tanpa ada cahaya di pagi buta.
Pak Sugeng berdiri dari posisinya, berjalan perlahan menuju arah proyek seiring suara gaduh yang semakin terdengar jelas. Sesampainya di salah satu pintu seng, Pak Sugeng lebih keheranan karena pintu masih tertutup rapat dengan rantai besi yang masih menggulung. Dalam logika Pak Sugeng bagaimana bisa orang-orang didalam masuk tanpa mengurai rantai yang masih rapi menggulung pintu seng.

“MASSSSSSS!!!!.. SINTEN NGGIH  ?!! “ (Masss.. siapaa ya ?) teriak Pak Sugeng memastikan
“….. deng deng deng” Tidak ada jawaban dan hanya ada suara palu yang memukul besi

Dibuka rantai itu, dan perlahan membuka pintu seng. Dari situ Pak Sugeng melihat dari jarak yang cukup jauh terlihat ada 5 orang yang sedang mengerjakan proyek itu.

“Masss, kok ra nggo lampu ?? Ra peteng po ?” teriak lagi Pak Sugeng

Tidak ada jawaban lagi, 5 orang itu menghiraukan Pak Sugeng dan masih melakukan pekerjaan masing-masing, seolah tidak mendengar dan tidak melihat Pak sugeng yang berdiri dan mengarahkan senter ke arah mereka. Pak Sugeng memperhatikan 5 orang itu dengan seksama, dan disinilah Pak Sugeng mulai melihat keanehan, 5 orang itu melakukan gerakan yang selalu sama dan berulang-ulang, keanehan lain 5 orang pekerja itu memakai baju yang sama. Antara bingung namun rasa penasaran yang memuncak, Pak Sugeng memberanikan diri mendekat ke salah satu orang pekerja.

“Mas nyilih korek ono ra mas, ketinggalaan ng pos korekku” Tanya Pak Sugeng

 “guyon kowe pak nyilih korek, aku rupo wae ra duwe “ sembari memalingkan muka ke arah Pak Sugeng

“ASUUUUU !!!!! “ teriak pak Sugeng dan melempar senter miliknya
Begitu terkejutnya Pak Sugeng melihat orang yang di dekatinya tidak memiliki wajah, Pak Sugeng berlari kesetanan menuju pos jaga, sesampainya di pos teman-teman yang lain bertanya apa yang terjadi. Setelah mendengar penjelasan Pak Sugeng, teman-teman jaga yang lain sempat mengecek proyek namun mereka takut untuk mendekat karena suara gaduh pekerja yang masih terdengar, dan terlihat cahaya senter Pak Sugeng yang menyala menyorot keluar.

Malam itu menjadi malam yang tidak pernah dilupakan Pak Sugeng, karena setelah itu selama 7 hari Pak Sugeng sering tidak sadar dengan apa yang dilakukannya sehari-hari, bahkan istrinya heran karena setiap makan Pak Sugeng selalu menghabiskan minimal 3 piring. Pak Sugeng meraskan kembali normal ketika datang ke ahli spritiual dan disitu dia sempat merasakan muntah beberapa kali.

5. Pak Bendo

   Kali ini sebuah cerita dari kampus yang cukup familiar dan banyak diminati banyak orang. Pak Bendo termasuk satpam baru di kampus tersebut, waktu itu dia diminta berjaga malem di pintu masuk dan kebetulan sendirian karena satpam lain harus jagain barang penting di kantor birokrasi.

 Malam itu hujan turun dari sore hingga tengah malam, Pak Bendo memilih berdiam diri di dalam pos. jam 1  pagi tiba-tiba terdengar suara motor yang berhenti tepat di depan pagar kampus. Pak Bendo menengok keluar  untuk mengecek siapakah orang yang datang jam 1 pagi dengan keadaan hujan yang masih cukup deras. Awlanya dia mengira itu adalah seseorang yang ingin menuju ATM seperti biasanya. Tiba-tiba orang itu mendatangi Pak Bendo dan menyapanya.
“pie ndoo, kabarmu apik we to ? Tanya orang itu dengan keadaan  basah kuyup.

Pak Bendo terheran dan sempat tidak mengenal seseorang itu, Pak Bendo mengamati dengan seksama dan barulah teringat ternyata seseorang itu adalah teman lamanya sewaktu SD bernama Ridho. Pak Bendio mempersilahkan duduk dan menjamu dengan secangkir kopi, sempat menawarkan baju ganti namun ditolak dan memilih duduk dengan keadaan yang basah kuyup
Seperti kawan lama yang sedang bernostalgia, Pak Bendo Nampak girang karena sudah hamper 20 tahun tidak bertemu, membicarkakan kejadian masa lalu, tertawa lepas dengan kelakukan mereka sewaktu SD dulu. Bahkan menceritkan banyolan keluarga meraka masong-masing.
Tak terasa jam menunjukkan setengah 4 pagi, Ridho  berpamitan dengan dalih mangantrakan istrinya ke pasar. Pak Bendo mempersilahkan dan sempat memeluk teman lamanya itu.
“yowis ati-ati yo.. sesuk dolan mrene neh wae” kata Pak Bendo sembari membukakan pintu pos jaga
“iyo ndoo gampang, sorry yo nek aku akeh salah”
“salaaah opoo, kowe ra tau ono salaaah”

Ridho  bergegas menuju sepeda motor miliknya dan meninggalkan Pak Bendo. Suara motor perlahan menjauh  dan seolah diberikan sebuah tanda. Tiba-tiba dalam benak Pak Bendo bagaimana bias Ridho mengetahui dia bekerja sebagai satpam, bahkan tahu dimana letak dimana dia jaga malam itu. Dan pertanyaan itu yang tidak sempat ia tanyakan karena tertutp sebuah kebahagiaan nostalgia.
“ah sudahlan, yang penting ketemu dan ngobrol” mungkin itu yang dipikirkan Pak Bendo setelah muncul pertanyaan tersebut.
Pak Bendo memberekan cangkir kopi yang sempat tidak diminum, mengepel lantai yang basah dan mengelap kursi panjang yang diduduki teman lamanya itu. Setelah semua beres, Pak Bendo kembali bersantai dan membuka HP yang tidak ia buka saat mengobrol dengan Ridho, Pak Bendo ingat ada beberapa pesan WA yang belum dia baca. Dan disitulah ada beberapa pesan WA beberapa orang yang memberitahu berita kematian.

“Innaliiahiwainailaihi…….”
“layat oraa Pak Bendo ??...” beberapa pesan WA yang terlihat dari teman-temannya.

   Pak Bendo membuka beberapa pesan WA tersebut dan membaca dengan seksama siapa yang meninggal malam itu. Disinilah Pak Bendo merasakan hal janggal dan sempat tidak percaya, bahkan membaca berulang kalii. Tubuh Pak Bendo merinding, keringat keluar dari seluruh badannya.  Dari pesan WA tersebut tertulis yang meninggal bernama Ridho, orang yang baru saja ia temui. Langsung terbesit pikiran Ridho mengalami kecelakaan setelah bertemu dengannya, namun setelah dia amati, pesan WA itu dikirim jam 01.35, sekitar 30 menit setelah Pak Bendo bertemu dengan Ridho. Dan dari pesan Wa tertulis bahwa Ridho wafat di jam 12.15. Logika yang tidak bias jelaskan akal sehat, bagaimana bias orang sudah meninggal bertemu, mengobrol, bahkan saling kontak fisik dengannya.
Pak Bendo masih mencoba memastikan kebeneran berita kematian itu, dia menelfon beberapa teman-temannya yang rumahnya dekat dengan Ridho. Dan memang benar yang meninggal malam itu adalah Ridho, Ridho yang menemuinya di pos jaga. 

  Antara tidak percaya namun benar-benar ia rasakan, tanpa piker panjang  Pak Bendo  meninggalkan pos jaga dan pergi ke sebuah angkringan untuk menenangkan pikiraannya. Bukan kesedihan namun sebuah perrtanyaan besar yang hinggap karena dia baru saja bertemu dengan orang yang sudah meninggal. Pikiran itu selalu hinggap bahkan hingga saat ini, dan ternyata kalimaat permohonan maaf Ridho bukan hal biasa, melainkan sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh Ridho.

   "beneran mas kok gak percaya,pas di cek CCTV itu emang saya  lagi ngobrol sama bangku" jelas Pak Bendo

6. Pak Bambang & Pak Kelik

  Cerita yang dialami oleh 2 orang satpam, sebut saja Pak Bambang & Pak Kelik.
 "setan yang merah itu mas ? Yo pernah liat kalo saya mas, malah berdua " jelas Pak Bambang sembari menunjuk Pak Kelik yang sedang merokok dibawah tiang parkiran motor.

Seperti jaga malam biasanya, diharuskan berkeliling untuk mengecek akses pintu yang mungkin belum dikunci . Jam 8 malam, Pak Bambang dan Pak Kelik wberkeliling ke sebuah gedung berbentuk U untuk  mengunci  tralis gedung, mereka berpisah di gedung yang berbeda dalih mempercepat pekerjaan mereka.
Bukan pekerjaan mereka yang dipercepat namun langkah mereka yang dipercepat tatkala Pak Kelik berteriak dari gedung sebrang.
"mlayu mbangg mlayu !!!!"
Pak Bambang terkejut namun tidak langsung merespon dengan apa yang diminta Pak Kelik, Pak Bambang mencoba melihat Pak Kelik dari gedung yang sedan ia susuri. Terlihat Pak Kelik berlari menyusuri tangga, terlihat dari senter yang terombang-ambing tak beraturan.
melihat itu, Pak Bambang mempercepat langkah menuju lantai dasar bertujuan menghampiri Pak Kelik. Baru sampai di sebuah taman yang memisahkan gedung ini, Pak Bambang melihat dengan jelas Pak Kelik yang dikejar sesosok berwarna merah yang terbang di belakangnya.

“bukannya gak mau nolong mas, saya juga bias apa, ikut lari lah saya hahahahaha “ jelas Pak Bambang menceritakan kejadian malam itu dengan tertawa girang

Pak Bambang yang juga takut melihat kejadian itu  ikut berlari  ke pos jaga, sesampainya pos jaga dengan nafas tergopoh-gopoh. Mereka berdua masih melihat kuntilnak merah itu terbang dari satu pohon ke pohon hingga memutari sebuah gedung serbaguna. Sang komandan yang kebetulan masih di pos juga melihat jelas sosok kuntilanak merah yang seolah sedang mengajak bermain. Sejak saat itu Pak Bambang dan Pak Kelik meminta kepada sang komandan untuk menempatkan mereka ke kampus ke 2 yang sebenarnya lebih angker.
Apa yang sebenarnya dilakukan Pak Kelik hingga sang kuntilanak merah mengejarnya ? pertanyaan ini yang tidak mau dijawab oleh Pak Kelik ketika kami menanyakan kejadian itu.

 

Dari 6 cerita horror dari beberapa kesaksian ini, ada salah satu kejadian unik yang dialami satu grup security, Namun bukan dari ranah kampus, kali ini cerita salah satu perumahan sekitar jalan wonosari. Sebelum menjadi perumahan megah,  dulunya tanah perumahan ini dianggap wingit dan angeker karena banyak pohon besar dan zaman dulunya sering dibuat untuk membuang bayi tepat di sebuah kali yang sekarang kali itu berbatasan dengan beberapa rumah.
Hujan yang sering kali membahasi jogja beberapa waktu kebelakang membuat para security khawatir, karena dari awal mereka bekerja ketika hujan turun sering kali mereka diganggu oleh sosok makhluk astral yang ada diperumahan tersebut. Apalagi intensitas hujan di daerah jalan wonosari yang cukup deras membuat gangguan makhluk astral juga bertambahn intesitasnya.
2 minggu yang lalu, seorang satpam sebut saja Ragil  yang sedang berjaga malam tiba-tiba mengetuk rumah salah seorang warga untuk menemaninya berjaga. Sempat ditanya kenapa namun Ragil tidak menjelaskan, dia hanya meminta ada warga yang ikut berjaga dan bersama-sama melihat CCTV yang tepat berada di batas kali yang dulunya untuk membuang bayi. Grup Whatsapp perumahan seketika ramai dengan pesan agar ada warga yang ikut menuju pos satpam. Total ada 8 orang warga yang berbondong-bondong menuju pos satpam, terlihat Ragil yang memilih menjauh dari pos karena tidak mau melihat CCTV yang masih menyorot tempat itu.

Warga bingung sebenarnya apa yang terjadi, disitu Ragil meminta untuk melihat rekaman CCTV bersama-sama. Dengan tangan gemetar, bahkan Ragil sempat memalingkan muka ketika rekaman itu diputar ulang.

“ASTAGHFIRULLAAH !!!!”
“BAJINGAN NEK IKI.. KUDU DI RESIKI PERUMAHANE!!”
Reaksi beberapa warga yang melihat rekaman CCTV itu, dari rekaman CCTV itu terlihat ada sesosok wanita tanpa busana dengan dada yang panjang menjulur kebawa dari atas hingga kaki, berambut putih  berdiri di sebuah batas perumahan yang terbuat dari susunan batu bata. Sosok ini terlihat beberapa menit bahkan sempat menari dengan gerakan penari jawa. Dari CCTV itu juga terlihat sosok Ragil yang ternyata menghampiri sosok wanita itu, namun sebelum benar-benar mendekat Ragil sudah berbalik karena ketakukan

Disitu Ragil menjelaskan, sudah 3 hari dia melihat sosok wanita ini, namun awalnya dia mengira adalah ODGJ dari kampung sebelah, karena memang ada sebuah pintu yang menyambungkan ke kampong lain walaupun terhalang oleh kali dan kebun bambu. Hari itu, dia memilih untuk menghampiri karena dia melihat dari CCTV sosok wanita ini tidak memakai busana, dia merasa hal itu bias meresahkan. Namun ketika dia mendekat, wanita itu penuh dengan darah dan wajah yang bertaring. Karena itu lah, dia berlari ketakuatan dan memilih mengetuk salah seorang rumah warga meminta pertolongan. Sekarang, Ragil sudah tidak bekerja lagi sebagai satpam di perumahan tersbut, dan memilih pekerjaan lain.

Penulis   : Nanda Agi
Ilustrasi : UKM Pengamatan
Editor    : Nanda Agi

Posting Komentar

0 Komentar